Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu kami
limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya, atas jasa
beliau kita sebagai ummat Islam bisa melihat dunia ini dipenuhi akhlak yang
mulia, rahmat dan kasih sayang yang selalu tumbuh diantara ummatnya.
Ucapan terimakasih kami
berikan kepada Ibu Isti Anah Abu Bakar, M.Ag selaku dosen pembimbing kami,
teman-teman kelas PAI-C yang turut memberi motivasi kepada kami, dan tak lupa
kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyusun makalah Khalifah Utsman bin Affan ini dalam rangka agar para pembaca dapat mengetahui dan memahami masa-masa pemerintahan Utsman bin Affan.
Di dunia ini tidak ada
yang sempurna, oleh karena itu kami memohon maaf apabila dalam makalah kami
terdapat kesalahan yang tidak kami sengaja. Dan kami mengharap kritik serta
saran dari para pembaca, agar kami dapat menjadi lebih baik lagi dan makalah ini bisa lebih sempurna dan lebih bermanfaat bagi
pendidikan kami khususnya, dan pembaca umumnya.
Malang, 13 Desember 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terbunuhnya
khalifah kedua, Umar Bin Khatab menandakan permukaan zaman baru. Pada waktu itu
kaum muslimin memang tidak bergeser dari janji-janji dan prinsip mereka, tetapi
mereka didesak oleh adanya hubungan-hubungan baru dan adat istiadat yang
melanda mereka juga oleh kesulitan sehingga mereka meninggalkan hasrat dan
kehendaknya dalam percaturan dunia.
Untuk
menghadapi dan mengatasi semua itu, takdir Allah telah memanggil Utsman bin
Affan untuk memikul beban tanggung jawab yang mengerikan yaitu tanggung jawab
untuk memelihara dan mempertahankan jiwa
dan kehidupan periode kenabian, juga bertangung jawab dalam menanggulangi pengaruh
zaman kerajaan. Serta bertanggung jawab untuk memperluas wilayah kekuasaan
islam.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Siapakah Ustman bin Affan itu?
2. Bagaimana
peran Ustman bin affan pada masa kekholifahannya?
3. Apa saja
ibrah yang dapat kita ambil dari kholifah Ustman bin affan?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui biografi Kholifah Ustman bin affan.
2. Untuk mengetahui
kontribusi pada masa kekholifahan Ustman bin affan.
3. Untuk mengetahui Ibrah-ibrah yang dapat kita ambil
dari sosok kholifah Ustma bin affan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Siapa Utsman bin affan itu?
Nasab
dan Keturunan Ustman bin affan
Utsman bin
Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin
Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin luwa’I bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar
bin Ma’addu bin Adnan.
Abu Amr, Abu
Abdullah al Quraisy, al-Umawi Amirul
mukminin Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari dua putrid
Rasulullah SAW. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin
Abdusy Syams dan nenekya bernama Ummu Hakim Bidha’ binti Abdul Muthalib paman
Rasulullah SAW. Beliau salah seorang dari sepuluh sahabat yang diberitakan
masuk surge dan salah seorang anggota dari enam anggota Syura serta salah
seorang dari tiga orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih menjadi
khalifah sesuai denga kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar, juga merupakan
khulafaur rasyidin yang ketiga, imam mahdiyin yang diperintahkan megikuti jejak
mereka.
Ciri-Ciri
dan Akhlak Beliau
Beliau adalah
seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang lebat,berperawakan sedang,
mempuyai tulang persendian yang besar, berbahu biidang, berambut lebat, bentuk
mulut bagus yag berwarna sawo matang. Beliau memilki akhlak yang mulia, sangat
pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya
dengan memberikan perhiasan dunia yang fana. Mungkin beliau bermaksud untuk
mendorog mereka agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal dari pada sesuatu
yag fana. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah terkadang beliau
memberikan harta kepaa suatu kaum dan tidak memberi kaum yang lain karena
khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah ke neraka. Sebagian kaum memprotes
beliau karena perlakuan tersebut sebagaimana yang telah dilakukan oleh
orang-orang Khawarij terhadap Rasulullah SAW atas pembagian harta rampasan
perang Hunain.
Islam
dan Jihad Utsman bin Affan
Utsman bin
Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau adalah orang
pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah binti Rasulullah
SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak data ikut
serta dalam perang Badar karea sibuk mengurusi
putri Rasulullah SAW (istri beliau ) yang sedang sakit. Jadi beliau
hanya tinggal di Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan bagian dari harta
rampasan dan pahala perang tersebut
kepada beliau dan beliau dianggap ikutb serta dalam peperangan. Ketika
istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkan degan adik istrinya yang
bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi
istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud, khandaq, perjanjian
hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk Utsman dengan
tangan beliau sendiri.
Rasulullah SAW
pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rtasulullah SAW wafat dalam keadaan
ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau meemai Abu Bakar dengan baik
dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan. Beliau
menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman
bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang
anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara
anggota lainnya.
Istri
dan Putra- Putri Beliau
Beliau meikahi
Ruqoyah binti Rasulullah SAW dan di anugrahi seorang anak yag bernama Abdullah
dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada masa
jahiliyah beliau bernama Abu ‘Amr. Setelah Ruqoyah wafat, beliau
menikahi adiknya yang bernama Ummu Kultsum dan kemudian Ummu Kultsum pun wafat.
Kemudian beliau menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan di anugrahi
seorang anak yang bernama Abdullah al-Ashghar. Lantas beliau menikahi Ummu ‘Amr
binti Jundub bin ‘Amr al-Azdyah dan dianugrahi beberapa orang anak yang bernama
‘Amr, Khalid, Aban, Umar dan Maryam. Lalu beliau meikah dengan Fatimah binti
al-Walid bin Abdusy Syamsy bi al-Mughirah al-Makhzumiyah dan lahirlah al-Walid,
Sa’id da Ummu Utsman. Kemudian menikahi Ummu al-Banin bin ‘Uyainah bin Hish
al-Fazariyah dan dianugrahi seorang anak yag bernama Abdul Malik dan dikatakan
‘Utbah. Lantas beliau menikahi Ramlah binti Syaiban bin Rabi’ah bin Abdusy
Syamsy bin Abdul Manaf bin Qushay dan lahir beberapa orag anakyang bernama
Aisyah, Ummu Aban, Ummu ‘Amr dan Banat Utsman. Lalu beliau menikah dengan
a’ilah binti al-Farafishah bin al-Ahwash bin ‘amr bin Tsa’labah bin al-Harits
bin Hishn bin Dhamdham bin ‘Ady bin
Junab bin Kalb dan dianugrahi seorang anak yang bernama Maryam dan dikatakan
juga dengan ‘Anbasah. Ketika terbunuh beliau memiliki empat orang istri :
Na’ilah, Ramlah, Ummul Banin, dan Fakhitah. Dikatakan beliau telah menceraikan
Ummul Banin disaat beliau sedang terkepung.
Masa
Kekhalifahan dan Umur Beliau
Masa kekhalifahannya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh
belas hari. Beliau di baiat pada awal bulan Muharam tahun dua puluh empat
Hijriah dan terbunuh pada tanggal delapan belas Dzulhijjah tahun tiga puluh lima
Hijriah. Adapun usia beliau telah mencapai lebih dari delapan puluh tahun.
Shalih bin Kaitsan berkata, “ beliau wafat pada usia delapan puluh tahun
beberapa bulan.” Dikatakan, “ delapan puluh empat tahun.” Qatadah berkata, “
beliau meninggal pada usia delapan puluh delapan tahun atau Sembilan tahun.”
Proses Utsman memeluk Islam
Masuknya utsman kedalam islam
berawal dari sebuah suara dalam mimpinya di bawah rindang pohon antara maan dan
azzarqa yang menyarankan agar beliau segera kembali ke mekkah sebab orang yang
bernama Muhammad telah muncul membawa ajaran baru yang kelak akan merubah dunia
sebagai utusan tuhan. Setelah terbangun dari mimpinya beliau bergegas kembali
ke mekkah dan menanyakan hal ihwal ataupun makna yang tersimpan dari kejadian
yang menimpanya. Kemudian beliau bertemu dengan Abu bakar dan mengajaknya untuk
mengikuti langkahnya yang lebih dahulu memeluk islam.
Lalu menghadaplah keduanya kepada rasulullah
untuk menyatakan keislamannya. Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap
islam, tak terbatas pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah
nyawanya pun teramat sering terancam dengan berbagai pengucilan dan penyiksaan
dari kerabat dan pemuka Quraisy ketika mereka tahu keislamannya. Di sisi lain
Allah serta rasulnya begitu mencintainya sehingga pernah satu riwayat
disebutkan bahwa beliau adalah salah satu penghuni syurga yang akan menemani
rasul kelak.
Kontribusi pada masa nabi
Utsman bin
Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau adalah orang
pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah binti Rasulullah
SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak data ikut
serta dalam perang Badar karea sibuk mengurusi
putri Rasulullah SAW (istri beliau ) yang sedang sakit. Jadi beliau
hanya tinggal di Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan bagian dari harta
rampasan dan pahala perang tersebut
kepada beliau dan beliau dianggap ikutb serta dalam peperangan. Ketika
istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkan degan adik istrinya yang
bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi
istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud, khandaq, perjanjian
hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk Utsman dengan
tangan beliau sendiri.
Rasulullah SAW
pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rasulullah SAW wafat dalam keadaan
ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu Bakar dengan baik
dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani
Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan,
serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota
Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota
lainnya.
2.2 Bagaimana peran Ustman bin affan pada masa
kekholifahannya?
Utsman
menjadi khalifah
Pembai’atan
Utsman sebagai khalifah berdasar kesepakatan enam orang sahabat termasuk
dirinya yang telah ditunjuk langsung oleh Umar ibn Khattab untuk menjadi
penggantinya yang akan melanjutkan kepemimpinan dan perjuangannya dalam
menyebarkan islam ke penjuru dunia. Dari masa inilah awal pengangkatan seorang
khalifah secara demokratis dengan jalan musyawarah yang diwakili oleh keenam
orang sahabat sepanjang sejarah manusia.
Pemilihan Ustman
sebagai Khalifah
Pada masa
pemerintahan Umar bin Khatab yang berlangsung selama 10 tahun, Umar membentuk
badan Syura untuk menentukan pengganti kekhalifahannya. Badan Syura ini dia
bentuk menjelang wafatnya, dan terdiri dari 6 orang calon yang nantinya dipilih
salah seorang dari mereka untuk diangkat menjadi khalifah baru. Mereka ialah
Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi
Waqqash, dan Abdullah bin Auf. Setelah
Umar wafat, badan Syura ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai
khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.
Tanggal
Pembai’atan Ustman bin Affan
Saif bin Umar meriwayatkan dari Umar
bin Syubbah dari ‘Amir asy-Sya’bi bahwa ia berkata, “Dewan Syura bersepakat
untuk memilih Ustman bin Affan pada tanggal tiga Muharram tahun dua puluh empat
Hijriyah. Ketika itu telah masuk waktu shalat Ashar dan adzan dikumandangkan
oleh Shuhaib. Berkumpullah manusia antara adzan dan iqamat, kemudian beliau
keluar dan mengimami mereka shalat. Kemudian beliau menambahkan hadiah yang
diberikan kepada masyarakat sebanyak seratus, lalu mengutus delegasi keseluruh
pelosok. Beliau adalah orang pertama yang melakukan hal tersebut.”
Ibnu Katsir berkata, “Dari konteks
yang telah kita sebutkan bahwa bai’at tersebut dilakukan sebelum tergelincirnya
matahari dan pembai’atan belum selesai kecuali setelah Zhuhur. Pada waktu itu
Shuhaib bertindak sebagai imam shalat Zhuhur di masjid Nabawi. Shalat pertama
yang diimami oleh khalifah Utsman bin Affan adalah shalat Ashar, sebagaimana
yang telah disebutkan oleh asy-Syabi’I dan lain-lain.
Masa
pemerintahan Utsman adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman para
Khalifah Rasyidah, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa
kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses banginya. Para penulis sejarah
membagi zaman pemerintahan Utsman menjadi dua periode, yaitu enam tahun pertama
merupakan masa kejayaan masa pemerintahannya dan tahun terakhir merupakan masa
pemerintahan yang buruk.
Khutbah Utsman bin Affan ketika
dibai’at
Khutbah pertama beliau dihadapan kaum
muslimin, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Saif bin Umar dari Badr bin Utsman
dari pamanya berkata, “Ketika dewan syura membai’at Utsman bin Affan , dengan
keadaan orang yang paling sedih diantara mereka, beliau keluar dan menaiki
mimbar Rasulullah SAW dan memberikan khutbahnya kepada orang banyak. Beliau
memulai dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi SAW dan berkata,
“Sesungguhnya kalian berada di kampong persinggahan dan sedang berada pada
sisa-sisa usia maka segeralah melalukan kebaikan yang mampu kalian lakukan.
Kalian telah diberi waktu pagi dan sore. Ketahuilah bahwa dunia dilapisi dengan
tipu daya oleh karena itu maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia
memperdayakan kalian, dan jangan (pula) penipu
(setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. Ambillah pelajaran dari
kejadian masa lalu kemudian bersungguh-sungguhlah dan jangan lalai, karena
setan tidak pernah lalai terhadap kalian. Mana anak-anak dunia dan temannya
yang terpengaruh dengan dunia akan meghabiskan usianya untuk bersenag-senang.
Tidaklah mereka jauhi semua itu.
Konstitusi
Pada zaman pemerintahan Utsman
Di zaman
kholifah Ustman bin Affan, Islam mengalami perluasan yang lebih pesat dari
sebelumnya. Perluasan Islam di masa Utsman bin Affan, yaitu:
1.
Menumpas
pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi dibeberapa negeri yang telah masuk
kebawah kekuasaan Islam di zaman Umar.
Setelah Umar berpulang kerahmatulllah ada
daerah-daerah yang mendurhakai kepada pemerintah Islam. Pendurhakaan itu
ditimbulkan oleh pendukung-pendukung pemerintahan yang lama. Terutama di daerah
khurusan and iskandariah.
Pemberontakan di Khurasan dicetuskan oleh
pendukung pemerintahan yang lama. Adapun kota Iskandariyah telah diserang
kembali oleh bangsa romawi. Dikirimnya kembali tentara yang besar dibawah
pimpinan seorang panglima Armenia yang bernama manuel. Pemberontakan ini dapat
ditumpas oleh Utsman bin Affan. Utsman mengirimkan ke Khursan dan Iskandariyah
tentara yang besar jumlahnya dengan perlengkapan yang cukup . Balatentara ini
dapat menghancurkan kaum pemberontak serta dapat mengembalikan keamanan dan
ketentraman di daerah tersebut.
2.
Mengatasi kaum Muhajirin
Ketika kaum
muhajirin hijrah dari Mekkah ke Madinah. Mereka dihadapkan pada masalah
kesulitan air. Di sana memang ada sebuah sumur . tetapi sumur itu milik seorang
Yahudi dan sengaja airnya ia perdagangkan. Oleh karena itu Rasulullah SAW amat
berharap ada salah seorang yang mampu membeli sumur itu untuk meringankan beban
kaum muhajirin yang telah menderita. Karena harta bendanya mereka tinggalkan di
Mekkah. Mengetahui kejadian itu Utsman bin Affan pergi kerumah orang Yahudi itu
untuk membeli separuh sumur tersebut. Setelah tawar menawar disepakati harga
itu 12.000 dirham dan dengan perjanjian satu hari hak orang Yahudi dan keesokan
harinya untuk Utsman. Pada giliran Utsman, kaum muslimin bergegas mengambil
airnya untuk kebutuhan dua hari dengan demikian si Yahudi merasa rugi, karena
tidak ada yang membeli air pada gilirannya
Orang yahudi
itu mengeluh kepada Utsman dan akhirnya dia menjual harga sumur itu kepada
Utsman dengan harga 8.000 dirham. Sumur “raumah” mengalirkan air yang melimpah
bagi kaum muslimin dengan gratis. Itulah kedermawanan Ustman r.a. Setelah peristiwa
tersebut Rasulullah menikahkan putrinya ummu kaltsum dengan Ustman bin affan
r.a. Oleh karena itulah Ustman bin affan mendapat julukkan “Dzunnurain” yang
memiliki dua cahaya. Yang dimaksud dua cahaya ialah mengawinkan dua orang putra
Rasulullah SAW.
2.
Pengumpulan
Mushaf
Ustman
bin affan juga berperan dalam penulisan mushaf Al-Quran, dalam masa
pemerintahannya beliau telah menyatukan
kaum muslimin pada satu qiro’ah dan dituliskannya bacaan Al-Quran
terakhir yang diajarkan oleh jibril kepada Rasulullah SAW yakni ketika jibril
mendiktekan Al-Quran kepada Rasulullah pada tahun terakhir masa hidup beliau.
Ustman bin affan mengumpulkan para sahabat dan mengajak mereka untuk
memusyawarahkan perkara tersebut. Beliau
berpendapat bahwa Al-Quran harus ditulis dalam satu Qiro’ah(bacaan) dan menyatukan seluruh daerah pada satu bacaan saja untuk menghentikan perselisihan dan menghindari
perpecahan. Beliau meminta dan
memerintahkan Zaid bin Tsabit al-anshory untuk menuliskannya dengan
didektekan oleh Sa’id bin ‘Ash al-Umawy dengan disaksikan oleh Abdullah bin
Zubair al-asady dan Abdur rahman bin harist bin hisyam al-Makhzumy. Dan jika
masih ada perselisihan, beliau memerintahkan agar mushaf tersebut ditulis
dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa arab Quraisy.
Setelah
ditulis dalam satu mushaf, beliau memerintahkan agar mushaf tersebut ditulis
sebanyak 7 buah untuk dikirim ke daerah penduduk syam,penduduk mesir,penduduk
basrah, kufah, begitu juga ke makkah dan yaman, serta ke madinah. Mushaf-mushaf
tersebut disebut dengan mushaf al-aimmah atau mushaf Ustmaniyah, dikarenakan
penulisan mushaf tersebut terjadi pada masa pemerinthan kholifah Usman bin
affan. Kemudian Ustmanbin affan mengumpulkan semua mushaf yang beredar di
kalangan masyarakat yang berbeda dengan mushaf tersebut lalu membakarnya agar
tidak lagi timbul perselisihan.
4.
Perluasan Islam
Perluasan
islam boleh dikatakan semua daerah yang telah dicapai Islam dimasa umar.
Perluasan Islam di masa Utsman telah bertambah dengan perluasan ke laut, kaum
muslimin telah mempunyai angkatan laut. Kemudian negeri-negeri Armenia dan
beberapa bagian thabaristan. Bahkan kemajuan tentara Islam telah sampai dan
melampaui sungai jihun (ama daria). Jadi daerah-daerah ma’waraan nahri”
(negeri-negeri seberang sungai jihun telah masuk di wilayah Negara Islam.
Negeri Harah, Kabul dan Ghazbah di Turkistan telah diduduki kaum muslimin
dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sofyan
tahun 28 H.
Salah satu
pertempuran yang paling penting dilaut pertempuran “Dzatis Sawari” (Pertempuran
tiang kapal). Pertempuran ini terjadi pada tahun 31H di laut tengah dekat kota
Iskandariyah antar tentara romawi dibawah pimpinan kaisar Constantie dengan
balatentara bawah islam dibawah pimpinan Abdullah ibn Abi Sarah yang menjadi
gubernur di Mesir. Pertempuran ini dinamakan “Dzatis sawar (pertempuran tiang
kapal) karena banyaknya kapal-kapal perang yang bertempur dalam peperangan ini
adalah 1200 buah kepunyaan kaum muslimin dan yang selebihnya kepunyaan bangsa
romawi dalam peperangan ini kaum muslimin telah berhasil mengalahkan
antara romawi.
5.
Perluasan Masjid
Pada tahun 29 hijriyah tepatnya pada
bulan robi’ul awal, kholifah Ustman bin affan memperluas masjid nabi SAW dan
membangunnya dengan batu kapur yang diangkut dari daerah nakhl dan batu
berukir, tiang-tiangnya dari batu bundar, atapnya dari kayu jati, panjangnya
seratus enam puluh hasta, lebar seratus lima puluh hasta dan membuat enam pintu
sebagaimana pada zaman Umar bin
Khaththab.
Pada tahun berikutnya, Ustman bin affan melepaskan al-walid
bin’utbah dari jabatan gubernur daerah kufah dan menggantinya dengan Sa’id bin
‘Ash. Pada tahun ini pula terjadi perselisihan
di negeri syam dengan muawiyyah
dan abu dzar yakni bahwa Abu Dzar mengkritik mu’awiyyah dalam beberapa
permasalahan.
Kesulitan yang dihadapi pada masa pemerintahan Ustman bin affan
Pada masa kholifah Ustman bin affan banyak sekali pemberontakan
yang terjadi karena kholifah Ustman lebih banyak memasukkan anggota keluarga
untuk menjadi anggota pemerintahan. Yang pada akhirnya menjadikan mereka
memusuhi beliau dan akhirnya membunuh beliau.
Wafatnya Ustman bin Affan
Utsman menjabat sebagai Khalifah selama dua periode,
pada periode pertama ia populer, periode kedua ia menyedihkan. Disini keadaan
politik berbalik mundur. Timbul gejolak politik, huru-hara silih berganti,
petisi dan intrik merajalela yang kemudian membuahkan pembunuhan dirinya pada
hari Jum’at, tanggal 8 Dzulhijjah tahun 35 H. Pada saat itu Khalifah Utsman
sedang membaca Al-Qur’an, sehingga bajunya berlumuran darah.
Kerusuhan yang berlanjut dengan pembunuhan Utsman,
nampaknya berawal dari sistem kepemimpinan Khalifah Utsman sendiri yang dinilai
tidak adil dan tidak bijaksana. Diketahui bahwa selama Utsman berkuasa, ia
banyak mengangkat kerabatnya, seperti Marwan bin Hamka yang selanjutnya
mengangkat pula orang-orang Bani Umaiyyah lainnya sebagai pejabat tinggi dan
penguasa negara. Marwan telah tampil sebagai penyelenggara pemerintahan yang
sebenarnya, sedangkan Utsman tak lebih dari boneka ditangan. Marwanlah yang
bertanggung jawab atau menutupi tindakan-tindakan tak terpuji para pejabatnya.
Terutama Hisyam paman Utsman atau ayahanda Marwan. Kejujuran kedua orang ini
diragukan. Hisyam misalnya, pernah membocorkan rahasia negara pada zaman
Rasulullah SAW. Oleh karena itu, ia diasingkan dan dipecat oleh Rasulullah SAW.
Tetapi pada zaman Utsman, ia bukan saja dipanggil pulang untuk berkumpul,
tetapi diberi hadiah seratus ribu mata uang perak dan sebidang tanah milik
negara. Sementara Marwan diangkat sebagai sekretaris negara.
Selain itu Utsman mengangkat pula Muawiyah sebagai
gubernur di Siria, dan Sa’ad bin Surrah menjadi wali negeri Mesir. Muawiyah
dikenal sebagai musuh Rasululloh yang paling ganas pada perang Uhud. Sedangkan
Abdullah bin Sa’ad pernah mengubah kata-kata wahyu yang didiktekan Rasulullah
pada saat ia menjadi sekretaris Rasulullah. Orang yang demikian justru diberi
kedudukan oleh Utsman.
Sebab-sebab lain yang menimbulkan kerusuhan dan
membawa kematian Utsman, disebutkan oleh Abu Zahrah sebagai berikut :
- Utsman tertalu baik hati kepada
pembesar-pembesar Muhajirin dan para pejuang angkatan pertama dari
kalangan kerabatnya.
- Utsman terlalu mempercayai kerabatnya – meskipun
hal demikian tidak berdosa dan tercela sampai-sampai Usman menyerahkan
urusan pemerintahan kepada mereka, termasuk meminta perndapat tentang
permasalahan pemerintah yang tengah dihadapi. Sedangkan mereka bukan
termasuk orang yang dapat dipercaya.
- Sebagai akibat Usman begitu banyak menyerahkan
urusan pemerintahan kepada kaum kerabatnya itu, maka akhirnya yang
menangani masalah-masalah penting pemerintahannya dalah orang-orang yang
sama sekali belum kuat keislamannya.
- Utsman terlalu lemah kepada para bawahannya,
sedangkan bawahannya itu sebagian tidak berlaku adil, yang menyebabkan
rakyat merasa tidak puas.
- Sebagai sebab yang paling fatal adalah adanya
orang-orang yang dendam atas Islam – mereka masuk Islam luarnya saja,
sedangkan dalam hatinya kafir.
Sebagai akibat dari sistem politik yang dijalankan Utsman
serupa itu (nepotisme), maka timbul reaksi yang kurang menguntungkan bagi
Khalifah Utsman khususnya dan pelajaran bagi umat Islam pada umumnya.
Sahabat-sahabat Nabi yang pada mulanya menyokong Utsman, akhirnya berpaling
menjadi lawannya.
Sementara itu pengaduan-pengaduan dari setiap wilayah
kekuasaan Utsman berdatangan ke Madinah. Namun pengaduan-pengaduan tersebut
kurang diperhatikan, bahkan banyak yang ditolak sambil mencarinya. Bersamaan
dengan itu terdapat gerakan masa yang terdiri dari 12.000 orang yang diketuai
oleh Muhammad, putera Khalifah Abu Bakar datang ke Ibukota untuk menyampaikan
keberatan-keberatan kepada khalifah Utsman. Menghadapi huru-hara dan gejolak
politik seperti itu, Utsman pernah meminta nasehat kepada Ali bin Abi Thalib
dan Ali mengatakan kepadanya agar berjanji untuk memperhatikan dan pengindahkan
segala usul dan protes mereka dengan sebaik-baiknya. Namun usul dan nasehat Ali
tidak ia hiraukan. Dari pihak Utsman malah mengirim surat kepada Kepala daerah
di Mesir. Abdullah bin Abi Sarah yang isinya memerintahkan agar membunuh
toko-toko Mesir dalam perjalanan mereka pulang dari Madinah. Tetapi seorang
dari mereka berhasil menangkap surat tersebut, kemudian kembali ke Madinah dan
berhasil membunuh Khalifah Utsman. Dalam pemberontakan sebagaimana disebutkan
diatas, terdapat peranan yang dimainkan oleh Abdullah bin Saba’ (seorang Yahudi
yang pura-pura masuk Islam). Pada zaman Khalifah Usman bin Affan. Ia
memanfaatkan suasana ketidakpuasan dikalangan kaum muslimin yang timbuk karena
kelemahan politik Khalifah Utsman.
3.
Apa saja
ibrah yang dapat kita ambil dari kholifah Ustman bin affan?
Ustman bin
Affan adalah seorang yang memilki akhlak
mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga
dan familinya dengan memberikan perhiasan dunia yang fana.
BAB III
Kesimpulan
Keberhasilan
Rasulullah dalam membangun peradaban dunia dan kemudian ditambah lagi dengan
kegemilangan generasi para sahabat yang mewariskan sistem dan nilai luhur saat
tampil memegang tongkat kepemimpinan setelahnya merupakan torehan sejarah yang
layak dicatat dengan tinta emas. Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya
pewarisan sistem dan nilai tersebut, wafatnya nabi tidak serta-merta menjadikan
islam kehilangan peradabannya karena memang risalah ilahiyah ini tidak pernah
bergantung pada satu namapun. Ditangan salah satu kholifah yang bernama Ustman
bin Affan inilah islam mencapai puncak kejayaannya.
Utsman
bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur
Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun
sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di
awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki
dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan
ketiga dari Rasullah. Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani
Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas
ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang
pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin
Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum
muslimin.
Pada
saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena
meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan
kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga
tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti
Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman
dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan
Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di
Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada
saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin
perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman
mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan
pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang
tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli
mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000
dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa
pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut
dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah
wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk
memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan
yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman
bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah
mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat
pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka
diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang
tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi
pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam
telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Ia
adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah)
dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan
rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya;
membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya
dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara,
Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut
yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk
mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama
masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau
kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun
hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol
untuk membunuh khalifa.
Khalifah
Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan
Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh pemberontak, yaitu
mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk
menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah
umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H
ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat
sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw
perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. peristiwa pembunuhan usman
berawal dari pengepungan rumah usman oleh para pemberontak selama 40 hari. Usman
wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di
Madinah.aw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
3 komentar:
ngbantu banged, tp sumber.a ada gak?
TERLALU SINGKAT
Dzattus sawar apa ya
Posting Komentar